Kawasan Wajib Senyum !
Tempat ini akan kujadikan pembuangan beban pikiran yang mengganggu, Jangan kaget kalau di sini akan banyak terdapat ketidakjelasan tulisan karena memang tidak dimaksudkan untuk menghasilkan blog yang berbobot.

19 November, 2009

Bejantuh Ulu Edisi November 2009

Hallo... Pa kabar prak pengaban ulu??
Semoga kian2 baet2 mgng bah.. Aku sengaja ngwai blog tuk sak jadi penambah ilmu dengan kawasan kita kapuas hulu tercinta, selain yak jadi bahan ampor kita dari pada kita nisik kerja menyadik, galai ngelangai dengan kerja nisik tentu rudu baet nak kita join mgng di blog tuk.
Ok nak???
Mungkin dah beberapa bulan terakhir tuk kita dah nyuah ninga berita di TV tentang Kasus suap anggota KPK, atau bahasa Kreen ya kasus antara Cicak VS Buaya. Mungkin ada dari kita yang nak tau atau bingung ngapa masalah tuk jadi serumit tuk, dah macam benang susut.. Mungkin ada yang nak nonton awal mula cerita antara Cicak VS Buaya. Bagi yang napan tau, kebetulan aku slalu nonton cerita tuk d tv...

AWAL MULA KASUS CICAK VS BUAYA

Semuanya berawal dari krisis global yang melanda dunia pertengahan tahun 2008. Memang Indonesia waktu itu berhasil melalui krisis tersebut jika dilihat dari sektor riil, tidak halnya dengan sektor non riil (perbankkan, saham2, dll) Bank Cent,ury waktu itu terkena dampaknya hingga hampir dipastikan likuidasi. Jadi pemerintah SBY-Kalla (waktu itu) mengajukan dana Bailout sebesar Rp. 6.7 Triliun. pada hal DPR hanya menyetujui Rp. 1.2 T 

Nahhh.... di sini nih mulainya!!

Boediono pada waktu itu masih menjabat Gubernur BI dan Sri Mulyani, Men. Keuangan RI "menyetujui" dana sebesar Rp. 6.7 T itu buat dicairkan kepada pihak Bank Century tanpa adanya pengawasan lebih lanjut. Dan parahnya, ternyata duit segede tersebut malah di TILEP oleh jajaran pejabat bank century. 
Di sini nih mulainya KPK dan Polri berantem...
Buat mencairkan dana talangan dari pemerintah segede Rp. 6.7 Triliun pihak Bank Century butuh surat "pelicin" lah istilahnya buat mencairkan dana tersebut. Nah, di sini "di duga" Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji membuatkan surat "pelicin" tersebut. Imbalannya mendapatkan Rp. 10 Milliar.

KPK mencium adanya kasus korupsi tersebut dan mensadap Bpk. Kabareskrim tersebut, sehingga dibuatlah skenario khusus kasus tersebut oleh pihak2 yang tidak bertanggung jawab... Anggoro Widjoyo (Dirut PT. MASARO COMM) memenangkan tender untuk Radio Komunikasi Terpadu. dengan Departemen Kehutanan pada tahun 2008. akan tetapi dia memenangkan tender tersebut dengan cara "licik" yaitu mensuap Menteri Kehutanan waktu itu Bpk. M.S Kaban sebesar Rp. 17 Milliar.Nah waktu itu, Antasari Azhar yg masih menjabat tau akan hal tersebut dan berusaha mendalami kasus tersebut tapi keburu di penjara gara2 kasus Rani. masa jabatannya, Antasari Azhar bertemu dengan Anggoro Widjoyo di singapura untuk melobi Antasari untuk tidak di tindak hukum ama KPKnya. Disana, Anggoro ngasih tau Antasari kalo dia udah ngasih duit Rp. 5.7 Milliar ke wakil pimpinan KPK Chandra Hamzah, Bibit Samad Rianto, ama M. Jasin. Eh ga taunya, Antasari keburu ketangkep gara2 kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Nah konon kabarnya, Antasari "dipaksa" membuat testimoni (pdahal cman berdasarkan Anggoro) ama tim penyidik POLRI bahwa para pimpinan KPK menerima dana suap sebesar 5.7 Miliar.




NAHHHHH.... mulailah saling laporlah antara KPK ama POLRI tersebut!!
KPK memeriksa Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji atas tuduhan kasus korupsi dana talangan pemerintah sebesar Rp. 10 Miliar..
sementara POLRI memeriksa Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto atas tuduhan korupsi pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu untuk Dep. Kehutanan dengan menerima uang sebesar Rp. 5.7 Miliar..
Dan seterusnya sampai sekarang yang masih ditayangkan di TV...!

Laman